Senin, 22 Februari 2010

Kau bawa sesobek hatiku...

 Entah mengapa..setiap kali harus berpisah dengan siswa atau guru yang pindah, selalu saja ada segaris perih di hati. Bukan perih karena luka, tetapi perpisahan selalu menghadirkan sedih. Ada yang hilang dari hati ketika seorang siswa pindah dari sekolahku ke sekolah lain. Entah karena ikut orang tua atau sebab lain, hal itu membuatku kehilangan sesuatu dari hatiku.
 Seperti kali ini, seorang guru yang belum lama  mengajar namun telah meninggalkan kesan mendalam, harus pindah tugas. Ia memutuskan untuk mengemban amanat du suatu tempat yang jauh. Bagiku, karena itu pilihan hidupnya..maka aku ikhlaskan. Namun sekali lagi..tiada yang nyaman dari sebuah perpisahan. Selalu saja meninggalkan gores perih yang tak tahu kapan pulihnya.
 Untuk mereka yang pergi dari sisi hidupku...kau telah bawa sesobek hatiku....

Rabu, 10 Februari 2010

semoga.....

  Sore itu, seperti biasanya, aku mendampingi anak-anak putri berdoa setelah sholat asar. Di depanku, seorang siswa putri yang telah cukup aku kenal karena gayanya yang ceria, selalu tertawa dan energik nampak kusyuk berdoa. Aku cukup senang dengan hal itu.
  Usai berdoa, mereka  berlomba untuk melipat rukuhnya. Aku kadang tersenyum sendiri melihat tingkah mereka.
  Tiba-tiba anak yang tepat didepanku, mendekat. Ia membisikkan sesuatu ke telingaku. "Pak, sebentar lagi..." Aku tersenyum. "Sebentar lagi apanya? Pulangnya? Lha iya..ini kan sudah mau pulang?" kataku padanya. Namun, anak itu kembali berbisik,"Sebentar lagi.....bapak dan ibuku...bercerai.." Aku terkesiap. Tak dapat berkata-kata. Waktu seakan terhenti. Inilah ucapan tak terduga dan terberani yang diucapkan oleh anak 9 tahun. Aku menatap wajahnya tajam. Mata beningnya mulai berkaca-kaca. Sementara teman-temannya masih asyik melipat rukuh mereka.
  Pelan, aku mengepalkan tangan, dan meletakkan didadaku. Lalu, aku sedakapkan tanganku dan aku gerakkan tanganku seperti berdoa. Tanpa kata-kata.Lewat gerakan tanganku aku hanya bisa berpesan agar ia kuat, tetap taat beribadah dan tetap mendoakan orang tuanya. Hampir saja air mataku dan air matanya luruh dalam kesedihan. Untuklah salah seorang temannya memecah suasana itu. Ia hapus air matanya dan kembali melipat rukuhnya.
  Ah...jalan hidup yang kau alami sungguh berat, Nak. Sekecil itu, kau harus merasakan perpisahan dengan salah satu orang tuamu. Ingin aku membantu agar mereka tak berpisah. Tapi, aku tahu itu tak mungkin.
  Aku hanya bisa berdoa dan berharap, aku tetap bisa melihat keceriaan, senyum dan tawamu dan juga energimu setelah itu semua nanti benar-benar terjadi. Semoga.............................