Selasa, 05 Oktober 2010

Lihat di sisi lain..

Lama gak ngeblog...hehe. Melihat berbagai macam kehidupan manusia sungguh sangat menarik. Di suatu tempat..ada yang hidupnya terlihat sangat nyaman. Bermobil, berumah mewah...Namun di tempat lain...kadang ada orang yang untuk makan sehari 3 kali aja begitu sulitnya. Namun apakah semua terlihat seperti apa yang kita lihat. Bukankah setiap manusia puya beban yang harus dipikulnya masing masing?? Baik di dunia maupun di akhirat.? Ada baiknya kita renungkan..bahwa, tak ada manusia yang hidupnya selalu susah..demikian pula..tak ada manusia yang hidupnya selalu gembira. selalu ada 2 sisi itu. Ketika kita dalam kesusahan..lihat dari sisi lain..bukankah ada manusia lain yang lebih susah dari kita? Ketika kita bahagia..lihat dari sisi lain..bukankah di sekitar kita ada orang2 yang perlu kita bagi sebagai rasa syukur.??karena itu..saat kita susah ataupun senang...lihat di sisi lain...

Minggu, 04 April 2010

butuh konsistensi

Sekian lama mengajar dengan cara yang kita punya..kadang membuat kita yakin bahwa metode kita sudah benar. Sehingga kadang kita tak mau lagi mengubah, menambah cara kita dalam mengajar. Setiap ada hal baru yang beda dengan cara kita, kita tak mau menerima. Kita mengganggap ilmu kita sudah paling oke.

 Hal itu kurasakan pula. Sehabis mengikuti pelatihan 3 hari tentang classroom language, barulah terasa bahwa masih banyak kekeuranganku dalam mengajar bahasa Inggris.
Kini, aku akan menutup kekurangan dan kesalahanku itu dengan sesuatu yang baru. Aku tahu, itu semua takkan mudah. Namun, demi sesuatu yang lebih baik, aku akan mencobanya.Memang butuh kelapangan hati...butuh konsistensi  untuk arah yang lebih baik...

Senin, 22 Februari 2010

Kau bawa sesobek hatiku...

 Entah mengapa..setiap kali harus berpisah dengan siswa atau guru yang pindah, selalu saja ada segaris perih di hati. Bukan perih karena luka, tetapi perpisahan selalu menghadirkan sedih. Ada yang hilang dari hati ketika seorang siswa pindah dari sekolahku ke sekolah lain. Entah karena ikut orang tua atau sebab lain, hal itu membuatku kehilangan sesuatu dari hatiku.
 Seperti kali ini, seorang guru yang belum lama  mengajar namun telah meninggalkan kesan mendalam, harus pindah tugas. Ia memutuskan untuk mengemban amanat du suatu tempat yang jauh. Bagiku, karena itu pilihan hidupnya..maka aku ikhlaskan. Namun sekali lagi..tiada yang nyaman dari sebuah perpisahan. Selalu saja meninggalkan gores perih yang tak tahu kapan pulihnya.
 Untuk mereka yang pergi dari sisi hidupku...kau telah bawa sesobek hatiku....

Rabu, 10 Februari 2010

semoga.....

  Sore itu, seperti biasanya, aku mendampingi anak-anak putri berdoa setelah sholat asar. Di depanku, seorang siswa putri yang telah cukup aku kenal karena gayanya yang ceria, selalu tertawa dan energik nampak kusyuk berdoa. Aku cukup senang dengan hal itu.
  Usai berdoa, mereka  berlomba untuk melipat rukuhnya. Aku kadang tersenyum sendiri melihat tingkah mereka.
  Tiba-tiba anak yang tepat didepanku, mendekat. Ia membisikkan sesuatu ke telingaku. "Pak, sebentar lagi..." Aku tersenyum. "Sebentar lagi apanya? Pulangnya? Lha iya..ini kan sudah mau pulang?" kataku padanya. Namun, anak itu kembali berbisik,"Sebentar lagi.....bapak dan ibuku...bercerai.." Aku terkesiap. Tak dapat berkata-kata. Waktu seakan terhenti. Inilah ucapan tak terduga dan terberani yang diucapkan oleh anak 9 tahun. Aku menatap wajahnya tajam. Mata beningnya mulai berkaca-kaca. Sementara teman-temannya masih asyik melipat rukuh mereka.
  Pelan, aku mengepalkan tangan, dan meletakkan didadaku. Lalu, aku sedakapkan tanganku dan aku gerakkan tanganku seperti berdoa. Tanpa kata-kata.Lewat gerakan tanganku aku hanya bisa berpesan agar ia kuat, tetap taat beribadah dan tetap mendoakan orang tuanya. Hampir saja air mataku dan air matanya luruh dalam kesedihan. Untuklah salah seorang temannya memecah suasana itu. Ia hapus air matanya dan kembali melipat rukuhnya.
  Ah...jalan hidup yang kau alami sungguh berat, Nak. Sekecil itu, kau harus merasakan perpisahan dengan salah satu orang tuamu. Ingin aku membantu agar mereka tak berpisah. Tapi, aku tahu itu tak mungkin.
  Aku hanya bisa berdoa dan berharap, aku tetap bisa melihat keceriaan, senyum dan tawamu dan juga energimu setelah itu semua nanti benar-benar terjadi. Semoga.............................

Minggu, 31 Januari 2010

bersyukur....

   Mendekati UAS atau UN, makin sering saja siswa-siswa dari tingkat SD sampai SMA mendapatkan uji coba. Try out ini memang dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kesiapan siswa menghadapi UN. Bagi guru, nilai hasil uji coba dianalisa untuk melihat bagian mana atau siapa yang masih harus diberi perhatian lebih. Sedangkan bagi siswa, nilai try out berguna untuk kemantapan mental dan juga melihat kesiapan diri jika tiba waktunya nanti.
   Mungkin masih sering kita dengar beberapa siswa merasa puas atas hasil yang dicapainya. Namun ada pula siswa yang "memaksa diri" untuk merasa puas atas apa yang diperoleh. Mereka sering mengatakan," Alhamdulillah Pak/ Bu, sudah bersyukur dapat 6, daripada teman kita yang mendapat 4." Nah, kalimat inilah yang harus kita cermati.
   Bagi saya, bersyukur bukan hanya berisi kepasrahan kita atas segala yang kita dapat. Bersyukur bermakna pula bahwa kita harus memaksimalkan potensi kita untuk meraih hasil yanag terbaik. Jika kita mampu berlari sejauh 5 kilometer, mengapa kita berhenti dan merasa tak mampu lagi berlari, di kilometer ke 2? Di mana energi dan potensi kita untuk 3 kilometer berikutnya? Jika kita mampu mendapat nilai 10, mengapa kita puas hanya mendapat 7, 6 atau bahkan 5? Bukankah itu berarti kita menyia-nyiakan potensi kita? Bukankah berarti kita malah tidak mensyukuri apa yang telah diberikan Allah pada kita?
   Marilah kita bersama bersyukur dengan menerima apa yang diberikan oleh Allah setelah kita berusaha dengan maksimal atas apa yang kita dambakan.

Rabu, 27 Januari 2010

bila aku kembali (OST "slenggrong"..an indie movie by Anak Matahari)

akan slalu ku coba
menggapai bintang di angkasa
meski sayapku rapuh..
anganku tak lagi utuh..

akan tetap ku coba
mengejar kilau mentari
meski kadang sinarnya butakan ..
mata hati..

bila aku kembali
kerlip bintang bukanlah mimpi
ku berikan padamu
cahaya abadi..

bila aku kembali
mentari hangatkan nurani
ku persembahkan padamu
indah bening jiwa..

ceria!

Ada hal menarik beberapa saat setelah mengikuti dan membaca status maupun komen dari teman-teman di friend list Facebookku. Mereka, terutama, yang masih sekolah, sering sekali menulis berbagai macam keluhan tentang sekolah mereka. Bahkan ada beberapa tulisan yang menyebutkan bahwa sekolah adalah senacam penjara yang berisi sejuta tugas yang harus dikerjakan.. Tiada secuilpun kegembiraaan di sana. yang ada hanyalah, belajar, ulangan, PR, tes dan semacamnya.
Marilah kita lihat lebih dalam. Untuk siapa dan apa tuga s itu diberikan. Saya yakin semua bisa menjawab. Tugas-tugas itu diberikan untuk kita, sebagai upaya untuk mempersiapkan masa depan kita yang akan kita jalani. Masa depan adalah tanggung jawab kita. Tiada seorangpun yang mau mempunyai masa depan yang tak pasti. Tugas dan pengetahuan dari sekolah itulah yang menjadi bekal bagi kita untuk meraih cita-cita kita.
Jika kita sudah menyadari hal tersebut, tak sepantasnyalah kita susah atau sedih bahkan menggerutu ketika tugas dari sekolah diberikan. Ibarat kita akan piknik, kita baru mempersiapkan bekal kita. Bayangkan pantai yang indah dengan pasir putihnya. ....Bukit menghijau dengan udara yang segar...... Atau, taman bermain lengkap dengan roller coasternya. Itulah tujuan kita. Bayangkan kita sampai di sana.... Tersenyumlah..... Tertawalah...Cerialah!

Kamis, 14 Januari 2010

hujan tak mengapa....

Akhir-akhir ini..sepertinya hari -hari tak pernah kering. Hujan selalu saja tercurah dari langit. Tak sedikit yang mengeluh atau bahkan mengumpat saat rinai hujan membasahi bumi. Mereka merasa bahwa hujan telah menghalangi sesuatu yang akan mereka lakukan........................
.Mari kita lebih jernih menyikapi hal ini.Pertama, bukankan lewat hujan, Allah telah memberikan rahmat dan rizqiNya bagi kita semua? Kedua, apakah dengan mengumpat, kemudian hujan akan berhenti? Bukankah jika kita mengumpat, berarti kita sedang mengkufuri nikmatNya? Ketiga, memang itulah sifat dasar manusia...tak pernah puas atas apa yang diberikan Sang Pencipta pada kita....
Buka hati kita untuk menerima anugrah Allah apa adanya...Terimalah dengan rasa syukur, apa-apa yang memang seharusnya terjadi...