Rabu, 25 Februari 2009

jadi guru sd

Kadang-kadang kalo dipikir en dinalar serta dilogika, jadi guru tuh banyak gak enaknya. Apalagi guru SD swasta yang letaknya di desa. Buat sementara orang, guru kayak gini nih pastinya susah. Udah murid-muridnya ndeso, sekolahnya reyot mau ambruk, gajinya pasti kecil lagi. Pokoknya bagi banyak orang, profesi guru yang kayak gini jadi pilihan terakhir buat kerja.
Tapi, buat aku dan juga beberapa teman kerjaku, persepsi seperti itu gak berlaku. Soalnya meskipun sekolah kita di ndeso, kita punya kepedulian yang tinggi buat memajukan sekolah tempat kita kerja agar bisa bersaing dengan sekolah-sekolah yang udah maju. Di sekolahku,SD Muhammadiyah Gunungpring, anak-anak diajak untuk berpikiran jauh maju ke depan. Berbagai jalan telah ditempuh, berbagai metode telah diaplikasikan. Semua ditujukan agar sekolah ini Think globally, act locally. Dengan demikian meskipun sekolah ini menjadi sekolah yang maju, namun tidak tercerabut dari akarnya. Baik itu pijakan moral maupun dasar religiusitas yang menjadi landasan berdirinya sekolah ini.
Dengan pemikiran itulah sekolah membuka wawasan para guru untuk berpikir kreatif. Tidak saja untuk kepentingan belajar mengajar, namun juga untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa sekolah ini adalah sekolah yang dinamis daya kreatinya. Beberapa hal yang menunjukkan hal ini mudah disebutkan. Milad SD Muhammadiyah tidak hanya diisi kegiatan yang sifatnya hiburan en hura-hura, namun selalu diiringi dengan kegiatan bakti sosial untuk masyarakat. Pembuatan Film indie oleh Ekstra teater juga merupakan contoh lain. Setidaknya 3 film indie yang sebagian besar pemeran utamanya anak-anak telah diproduksi.masih ada beberapa contoh ide kreatif yang dapat kita sebutkaqn untuk menunjukkan bahwa menjadi guru tidak harus kehilangan daya kreatif. Itu semua dapat dilakukan jika seluruh komponen sekolah mendukung proses tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar